Ally: All These Lives - Arleen A.
Sinopsis
Apa yang akan kaulakukan jika satu menit yang lalu kau anak tunggal orangtuamu, lalu satu menit kemudian ada seseorang yang muncul entah dari mana dan duduk di sampingmu mengaku sebagai adikmu? Apa yang kaulakukan jika kau menemukan foto di meja, menampilkan dirimu dan seseorang yang belum pernah kaulihat? Apa yang kaulakukan jika kau pulang ke rumah dan menemukan bahwa di dalam rumah itu sudah ada dirimu yang lain?
Kehidupan Ally memang bukan kehidupan biasa. Kerap kali ia mendapati dirinya ditempatkan dalam kehidupan yang seolah miliknya, tapi ternyata bukan. Dan tiba-tiba kata “pulang” punya makna yang baru. Apakah Ally akan memiliki kesempatan untuk “pulang”? Akankah ia bisa kembali pada cinta yang ditinggalkannya di kehidupannya yang lain?
Ini bukan kisah biasa. Ini kisah yang akan membuatmu berpikir kembali tentang arti hidup dan arti cinta yang sebenarnya.
Ini adalah pertama kalinya saya membaca karya Arleen Amidjaja.
Meskipun akrab dengan kualitas terbitan Gramedia, saya tidak mau mengambil risiko membeli buku tanpa rekomendasi teman-teman saya. Minimal saya harus pernah setidaknya membaca nama penulis tersebut di goodreads atau blog review buku.
Mungkin memang saya yang kurang update dengan perkembangan novel karena sempat vakum membaca fiksi beberapa tahun. Juga karena Arleen lebih banyak menelurkan buku cerita anak-anak.
Dua bab pertama Ally - All These Lives ini mulai memperkenalkan saya dengan cara bertutur Arleen. Meskipun rasanya terlalu dini, saya menyimpulkan Ally berhasil menarik perhatian saya. Rasa penasaran saya memuncak seiring berakhirnya bab dua, padahal cerita perkenalan tokoh baru saja dimulai. Rasanya seperti sedang semangat-semangatnya keramas dengan busa shampoo di kepala, tapi air mati. Perih..
Ally di bab 1 diceritakan masih berusia 10 tahun ketika 'ketidakberadaan' itu terjadi. Sensasi kesemutan membawanya menembus ruang dan waktu yang kosong, dan dia kembali ke dunia yang sama sekali berbeda. Tiba-tiba dia memiliki Albert sebagai adiknya.
Arleen berkisah dari sudut pandang Ally, seolah-olah Ally bukan anak kecil 10 tahun, tapi Ally yang sudah dewasa, yang sedang menceritakan kembali pertama kali keanehan dalam hidupnya muncul.
Deskripsi suasana dapur (di bab 1) sudah sedemikian detail, namun untuk deskripsi fisik tokoh masih kurang. Saya hanya tau Albert memiliki rambut merah dan wajah bulat. Apakah Albert memang mirip Ayah Ibunya, tidak dijelaskan. Mungkin deskripsi fisik tersebut ada di bab selanjutnya.
Dua bab pertama adalah narasi runut yang minim dialog, hanya sebagai latar belakang cerita, dan bab selanjutnya tentu penuh hal tidak terduga. Padahal bagian perkenalan ini pun sudah sedemikian luar biasa, ditilik dari ide cerita yang sama sekali baru, terutama untuk pembaca yang jarang membaca novel-novel fantasi seperti saya.
Ah, iya, benar! Sepertinya novel ini bergenre fantasi, dan (semoga) bukan novel psikologi. Ekspektasi saya jauh dari itu. Saya berharap menemukan kejutan tentang dunia yang berbeda dari kisah nyata.
Arleen berhasil membuat pembaca meraba-raba dengan liar jalan cerita selanjutnya.
Mengapa dunia menjadi sedemikian asing untuk Ally?
Mungkin saya harus membuka mata terhadap karya-karya penulis yang jarang saya dapati namanya.
Sekarang saya mulai mencari karya-karya Arleen yang lain untuk menetapkan hati menambah list penulis favorit. ^^
Berkat dua bab pertama Ally, saya dibuat penasaran untuk menanti kelahiran novel ini. ^^
Kalau kalian penasaran, Ally: All These Lives sudah bisa dibeli di toko-toko buku terdekat. Jangan lupa simak book trailer-nya juga, ya.. :)
Komentar
Posting Komentar